Menyembunyikan pengetahuan bukan hanya bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilmiah, tetapi juga dosa besar yang mengundang murka Allah. Al-Qur’an telah memberikan peringatan keras terhadap siapa pun yang menyembunyikan ilmu dan kebenaran. Dalam surah al-Baqarah ayat 159, Allah menegaskan:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa ragam keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam al-Qur’an, mereka itulah yang dilaknat oleh Allah dan mereka yang melaknat.” [QS. al-Baqarah [2]: 159].
Ayat ini menegur keras siapa pun yang menyembunyikan kebenaran, sekaligus menegaskan tanggung jawab ilmiah, kejujuran dalam menyampaikan ilmu, dan ancaman bagi yang menolak atau menutup petunjuk Ilahi.
Dalam kajian kali ini [baca: bagian 01], penulis akan melakukan analisa terhadap teks untuk memahami susunan lafaz dan maknanya secara mendalam. Setelah itu, akan disajikan pemaknaan umum ayat, agar pesan yang dikandung dapat dipahami secara luas oleh pembaca.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pembahasan ayat tidak hanya menjadi telaah linguistik atau hukum semata, tetapi juga menjadi refleksi moral tentang urgensi kejujuran ilmiah dan tanggung jawab dalam menyampaikan kebenaran.
[Analisa Teks]
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa bentuk isim maushul “الَّذِينَ” pada ayat ini tidak menunjuk pada kelompok tertentu saja, melainkan bersifat isim jins, yang merujuk pada jenis atau golongan secara umum.
Sebagaimana penjelasan Ibnu ‘Asyur berikut:
وَأَنَا أَرَى أَنْ يَكُونَ اسْمُ الْمَوْصُولِ هُنَا لِلْجِنْسِ فَهُوَ كَالْمُعَرَّفِ بِلَامِ الِاسْتِغْرَاقِ فَيَعُمُّ وَيَكُونُ مِنَ الْعَامِّ الْوَارِدِ عَلَى سَبَبٍ خَاصٍّ
“Menurut saya, isim maushul pada ayat ini bersifat umum sebagaimana isim yang didefinisikan dengan Lam Istighraq, sehingga mencakup semua golongan, meski sebab turunnya bersifat khusus.” [Ibnu ‘Asyur, “al-Tahrir wa al-Tanwir,” juz 02 hal. 65].
Sesuai dengan apa yang disampaiakan Ibnu ‘Asyur, meskipun ayat ini turun sebagai feedback terhadap perilaku sebagian ahli kitab yang menyembunyikan kebenaran, cakupannya tidak terbatas pada mereka saja. Ayat ini berlaku umum bagi siapa pun yang menyembunyikan ilmu dan petunjuk Allah setelah mengetahuinya. Analisis ini menegaskan keluasan makna ayat serta relevansinya lintas waktu dan konteks.
Selanjutnya, kata “يَكْتُمُونَ” dipahami sebagai;
تَرْكُ إِظْهَارِ الشَيْءِ قَصْدًا مَعَ مَسَاسِ الحَاجَةِ إِلَيْهِ وَتَحَقُّقِ الدَاعِيْ إِلَى إِظْهَارِهِ
“Sengaja tidak menampakkan sesuatu, padahal hal itu dibutuhkan dan ada alasan kuat untuk menampakkannya..” [Shihabuddin al-Alusi, “Ruh al-Ma’ani,” juz 01 hal. 425].
Merujuk pada perkataan al-Alusi, seseorang dikatakan melakukan kitman ketika ia menyembunyikan suatu kebenaran yang seharusnya disampaikan karena ada pihak yang memerlukan penjelasan tersebut.
Makna ini menunjukkan bahwa perbuatan menyembunyikan ilmu bukan sekadar diam, tetapi merupakan tindakan sadar untuk tidak menampakkan sesuatu yang semestinya diungkap, sehingga mengandung unsur kelalaian moral dan tanggung jawab ilmiah.
Al-Maraghi menegaskan serta memperluas makna di atas sebagai;
الكِتْمَانُ تَارَةً يَكُوْنُ بِسَتْرِ الشَيْءِ وَإِخْفَائُهُ وَتَارَةً أُخْرَى بِإِزَالَتِهِ وَوَضَعْ آخَرَ مَكَانَهُ
“Kitman terkadang dilakukan dengan menutupi dan menyembunyikan suatu hal, dan terkadang dilakukan dengan menghilangkannya lalu menggantinya dengan sesuatu yang lain.” [Mustafa al-Maraghi, “Tafsir al-Maraghi,” juz 01 hal. 29].
Kitman tidak hanya berarti menahan diri dari menyampaikan kebenaran, tetapi juga dapat mencakup tindakan memutarbalikkan atau mengganti kebenaran dengan sesuatu yang menyesatkan.
Ar-Razi memahami pernyataan “مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ” sebagai segala hal yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada semua Nabi, baik dalam bentuk kitab atau wahyu. Sedangkan “الْهُدٰى” berarti segala bentuk petunjuk yang mengarah ke kebaikan. [Fahruddin al-Razi, “Mafatih al-Ghaib,” juz 04 hal. 179].
Kata “يَلْعَنُهُمُ” berasal dari kata “al-La’nu” yang berarti menjauhkan dan membuang. Ketika disandarkan kepada Allah Swt., maka bermakna Dia akan menjauhkan mereka dari rahmat dan kasih sayang-Nya. [Ali Shobuni, “Tafsir Ayat al-Ahkam,” juz 01 hal. 104].
Sedangkan ketika dikaitkan dengan “اللّٰعِنُوْنَۙ” maka bermakna penjauhan dan pemutusan hubungan dari pihak yang dilaknat, dalam hal ini adalah orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuan. Tindakan demikian mencakup sikap menentang dan menyelisihi orang yang dilaknat, disertai dengan kebencian dan kemurkaan terhadapnya serta pernyataan berlepas diri darinya.
Dengan demikian, “al-La’nu” bukan sekadar ungkapan kemarahan, tetapi menunjukkan bentuk penolakan total secara moral dan spiritual terhadap pelaku dosa yang disengaja. [Fahruddin al-Razi, “Mafatih al-Ghaib,” juz 04 hal. 181].
[Pemahaman Umum Ayat]
Terkait makna global ayat, secara mafhum masih berkaitan dengan sikap keras kepala dan permusuhan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad, khususnya dari kalangan Yahudi.
Pada ayat sebelumnya, al-Baqarah ayat 149, telah dijelaskan bagaimana mereka menunjukkan penolakan dan penentangan terhadap Nabi dalam persoalan perubahan arah kiblat, padahal Allah Swt. sendiri menegaskan bahwa mereka mengenal Nabi sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Bahkan, sebagian dari mereka dengan sadar menyembunyikan kebenaran meskipun mereka mengetahuinya dengan jelas.
Dalam ayat ini, Allah Swt. kembali menyingkap perilaku Ahli Kitab yang menyembunyikan sebagian isi kitab suci mereka. Bentuk penyembunyian itu terjadi dalam dua cara:
Pertama, tidak menunjukkan teks asli kitab kepada masyarakat, terutama pada saat dibutuhkan atau ditanya tentang hal-hal yang sebenarnya telah tercantum di dalamnya. Misalnya, berita gembira tentang kedatangan Nabi yang terdapat dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy), di mana disebutkan:
“Aku akan membangkitkan bagi mereka seorang nabi seperti engkau dari antara saudara-saudaramu; Aku akan menaruh firman-Ku di dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadanya.”
Ungkapan “dari antara saudara-saudaramu” jelas menunjuk kepada keturunan Ismail, yaitu bangsa Arab. Selain itu, mereka juga menyembunyikan hukum rajam bagi pezina, yang dalam Al-Qur’an disebutkan kembali dalam Surah al-Ma’idah.
Kedua, melakukan penyimpangan terhadap makna teks, baik dengan mengubah lafaz saat penerjemahan, maupun dengan menakwilkan ayat-ayat tersebut secara menyimpang, agar sejalan dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka.
Melalui ayat-ayat ini, Allah Swt. secara tegas membongkar kebohongan dan kemunafikan mereka, serta menetapkan atas mereka laknat yang terus-menerus sebagai balasan atas pengkhianatan terhadap wahyu dan kebenaran yang telah mereka sembunyikan [Mustafa al-Maraghi, “Tafsir al-Maraghi,” juz 01 hal. 29].
[Pesan Sementara]
Dari penjelasan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah Swt. memberikan peringatan keras terhadap perilaku menyembunyikan kebenaran dan menyelewengkan wahyu demi kepentingan pribadi.
Umat Islam diajarkan untuk bersikap jujur, amanah, dan terbuka dalam menyampaikan ilmu, serta menjauhi sikap keras kepala dan kedengkian yang dapat menghalangi penerimaan terhadap kebenaran.
Laknat yang ditimpakan kepada Ahli Kitab menjadi bukti tegas bahwa pengkhianatan terhadap amanah wahyu merupakan dosa besar.
Oleh karena itu, ayat ini menegaskan pentingnya menjaga kemurnian ajaran agama, mengedepankan keikhlasan dalam mencari dan menyebarkan ilmu, serta menjadikan Al-Qur’an sebagai tolok ukur utama dalam menilai kebenaran.
Bersambung…………………………..
[Bagian 02, melanjutkan pembahasan Asbabul al-Nuzul dan konsep “al-Ibrah bi Umum al-Lafaz la bi Khusus al-Sabab”]..
Penulis: Moch. Vicky Shahrul H., S.F.U.
Editor: M. Abror Sriyanto, S.F.U.
- Tanggung Jawab Ilmu dalam Pandangan Al-Qur’an: Sebuah Kajian Tafsir atas Larangan Menyembunyikan Ilmu Pengetahuan [Bagian 01] - November 5, 2025
- Kajian Hadis Seputar Anjuran Membaca Qunut Subuh - Februari 25, 2024
- Dilema Hendak Salat, Bagaimana Solusinya? - Oktober 20, 2023