Arkanul Iman
Oleh: Nidhom Subkhi
(فصل) أَرْكَانُ اْلِإيْمَانِ سِتَّةٌ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ ،وَرُسُلِهِ, وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ ، وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ تعالى .
{Fasal} Rukun Iman ada enam; engkau mengimani Allah ﷻ, Malaikat-malaikatnya, kitab-kitabNya, Rasul-RasulNya, hari akhir dan iman kepada qodar, baik dan burukya dari Allah ﷻ
Iman adalah Tashdiq yakni keyakinan atas kebenaran sesuatu. Iman dalam istilah agama Islam adalah keyakinan atas kebenaran segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Iman adalah inti sari ajaran agama Islam. Dengan adanya iman seseorang dengan suka rela melakukan semua perintah Allah ﷻ.
Sebagai contoh, Mengapa kita melakukan sholat? Karena kita yakin bahwa sholat itu akan mendatangkan pahala dan menjauhkan kita dari dosa, padahal kita tidak pernah tahu bentuk atau rupa dari pahala dan dosa itu. Mengapa kita bersusah payah bangun dipagi buta untuk menjalankan sholat subuh? Tak lain karena keyakinan. Mengapa kita rela mengeluarkan harta benda untuk kepentingan Agama? Karena kita yakin akan balasannya. Mengapa kita takut melakukan kemaksiatan? Juga karena kita yakin bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban kita tentang apa yang kita lakukan. Keyakinan-keyakinan inilah yang disebut IMAN.
Ada banyak hal yang menjadi keyakinan kita dalam beragama (Islam). Namun dari sekian banyak keyakinan tersebut semuanya bermuara pada enam pilar keyakinan yang kemudian disebut arkanul iman. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits terkenal dari riwayat Umar bin Khottob tentang kedatangan Malaikat Jibril yang bertanya tentang dasar-dasar Agama Islam. Diantara yang ditanyakan malaikat Jibril adalah tentang Iman.
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.قَالَ صَدَقْتَ،
Kemudian dia bertanya: “Beritahukan aku tentang Iman ?”. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”, kemudian dia berkata: “anda benar”. (HR. Muslim)
Iman Kepada Allah ﷻ
Yakni menyakini bahwa sesungguhnya Allah itu ada, dialah pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta. Hanya DIA satu-satunya penguasa alam. Dialah Dzat yang maha tunggal. Tunggal di dalam Dzatnya, tunggal di dalam sifatNya, tunggal di dalam perbuatannya, tidak ada sesuatu pun yang menyamai Dia ﷻ . Allah bersifat dengan segala sifat kemuliaan dan kesempurnaan serta maha suci dari semua sifat kekurangan.
Imam Al-Bayhaqi dalam syu’abul iman (syu’abul iman: I/103) menyebutkan bahwa iman kepada Allah ﷻ setidaknya mencakup lima keyakinan , yaitu:
- Itsbatul Bari; meyakini keberadaan Allah ﷻ hal ini menghindarkan seseorang dari keyakinan ta’thil atau atheis dimana segala sesuatu wujud karena unsur yang membentuknya melalui sebuah proses alami.
- Itsbatu wahdaniyyatihi; meyakini keesaan Allah . keyakinan ini menjauhkan seseorang dari syirik, yaitu keyakinan akan adanya Tuhan selain Allah ﷻ
- Itsbatu annahu laysa bi jauhar wa la ‘ardl; keyakinan bahwa Allah bukanlah wujud material atau kebendaan bukan pula sifat. Sebagaian kalangan telah keluar batas dalam menyifati Allah. Diantara mereka mengatakan bahwa Allah adalah jism (bertubuh atau mempunyai bagian-bagian tubuh). Sebagian mereka juga mengatakan bahwa Allah duduk diatas ‘arsy layaknya seorang raja duduk di atas singgasana. Allah telah mensifati dirinya sendiri di dalam al-Qur’an
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Tidak ada yang menyerupai Allah sesuatupun dan Dia maha mendengar dan maha melihat
Jika telah menetapkan bahwa Allah bukanlah wujud kebendaan maka persepsi bahwa Allah itu menyerupai sesuatu menjadi hilang. Jika Allah bukanlah benda maka Allah juga tidak dapat disamakan dengan unsur apapun dari benda.
- Itsbatu anna wujuda ma siwahu kana ma’duman qabla ibda’ihi; menetapkan bahwa wujud segala sesutau selain Dia dimulai dengan ketiadaan sebelum diwujudkan oleh Allah ﷻ , karena itu selain Allah disebut hawadits yang berarti baru.
- Itsbatu annahu huwal mudabbir; meyakini bahwa Allah ﷻ adalah satu-satunya Dzat yang berkuasa mengatur alam semesta. Tidak terjadi segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini kecuali hanya karena kehendakNya. Tidak ada seorangpun yang dapat mempengaruhi kajadian apapun di alam semesta ini.
Iman kepada Malaikat Allah ﷻ
Meyakini bahwa Allah memiliki makhluq yang Allah ciptakan dari cahaya. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia, selalu taat kepada Allah ﷻ dan tidak pernah durhaka kepadaNya. Iman atas keberadaan malaikat mencakup tiga keyakinan (Syu’abul Iman, I/163);
- Meyakini keberadaan mereka
- Menempatkan mereka sesuai dengan tempatnya yakni mereka adalah hamba-hamba Allah ﷻ yang mulia, mereka adalah makhluk Allah ﷻ sebagaimana manusia dan jin. Mereka juga menerima perintah dari Allah ﷻ . Mereka tidak akan mampu melakukan sesuatu kecuali apa yang telah Allah ﷻ tentukan atas mereka. Mereka juga bisa mati, akan tetapi Allah ﷻ memberi mereka waktu yang sangat panjang dan mereka tidak dimatikan oleh Allah ﷻ sebelum waktu yang telah Allah ﷻ Mereka tidak boleh disifati dengan sifat yang berlebihan sehingga menyamai kedudukan Allah ﷻ.
- Meyakini bahwa diantara mereka ada yang mendapat perintah khusus dari Allah ﷻ. Diantara mereka ada yang menjadi utusan Allah ﷻ kepada manusia yang dikehendaki oleh Allah ﷻ. Diantara mereka juga hamalatul ‘arsy yaitu para penyangga ‘arsy, ada as-shoffun (malaikat yang berbaris), ada khazanatul jannah (para penjaga surga) dan lain-lain.
Iman Kepada Rasul-Rasul Allah ﷻ
Meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang terpilih untuk menerima wahyu dan menyampaikannya kepada semua makhluk. Semua yang mereka beritakan adalah benar, baik itu tentang kabar berita dari masa yang lalu seperti kisah tentang kaum-kaum terdahulu, atau kabar tentang masa yang akan datang seperti adanya hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain ataupun kabar tentang Allah ﷻ. Mereka dibekali mu’jizat oleh Allah ﷻ dalam menjalankan tugasnya menyampaikan risalah. Mereka telah menyampaikan semua yang wajib disampaikan kepada semua makhluk tanpa sedikitpun ada yang tertinggal. Kita wajib memuliakannya serta mengikuti semua yang ia perintahkan serta meneladani semua yang ia lakukan.
Iman kepada Kitab-kitab Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman (An-Nisa’: 136):
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ
Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kalian kepada Allah, Rasul-RasulNya, dan kitab yang diturunkan kepada utusanNya dan juga kitab yang diturunkan sebelumnya.
Ayat ini menjelaskan bahwa selain mengimani al-Qur’an, seorang muslim juga wajib mengimani keberadaan kitab-kitab sebelum al-Qur’an. Namun iman kepada kitab-kitab sebelum al-Qur’an berbeda implementasinya dengan dengan iman kepada al-Qur’an. Iman kepada kitab-kitab selain al-Qur’an hanya sebatas meyakini bahwa Allah ﷻ telah menurunkan beberapa kitab kepada Rasul-RasulNya sebelum Rasulullah ﷺ yang berlaku dimasa dimana kitab-kitab itu diturunkan. Sedangkan iman kepada al-Qur’an tidak hanya meyakini kebenarannya saja, namun juga menjadikannya sebagai pedoman hidup di dunia.
Iman Kepada Hari Akhir
Imam al-Hulaimi (w. 403) dalam al-Minhaj (Al-Minhaj fi Syuabil Iman, I/336) menjelaskan: “Makna dari iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa sesungguhnya hari-hari di dunia ini ada akhirnya. Sesungguhnya dunia akan habis masanya. Suatu hari, alam semesta akan berakhir masanya dan susunannya akan pudar. Meyakini akan hancurnya alam semesta berarti juga meyakini bahwa alam semesta ini baru (diciptakan setelah ketiadaan) karena sesungguhnya sesuatu yang qodim (terdahulu tanpa awal) tidak akan sirna dan tidak akan berubah. Keyakinan atas adanya hari kiamat dengan hati yang lapang akan membuahkan rasa haibah (takut) kepada Allah ﷻ, mengurangi kecintaan kepada dunia, merasa ringan dan kesabaran atas kesulitan-kesulitan dan musibah dunia, menumbuhkan kekuatan dalam menahan syahwat demi mendapat pahala yang lebih baik disisi Allah ﷻ.
Iman Kepada Qodar Allah ﷻ
Yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali sesuai dengan ketentuan Allah ﷻ dan segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah pasti terjadi. Ketentuan yang baik ataupun yang buruk semua berasal dari Allah. Tidak satupun makhluk yang mampu melawan kepastian Allah. Intinya, segala hal di alam semesta ini ada dan terjadi semata-mata karena ketentuan dan kehendak Allah ﷻ.
والله أعلم بالصواب
lanjut ke kajian safinah ke-5
- RAGAM DEFINISI PUASA - April 20, 2020
- RAHASIA-RAHASIA PUASA I - Mei 8, 2019
- MENGGUNAKAN INVENTARIS MASJID - April 29, 2019