Shadow

Kajian Safinah ke-5; MAKNA LA ILAAHA ILLALLAH

فصل ومعنى لا اله الا الله لا معبود بحق فى الوجود الا الله

(Fasal) makna laa ilaaha illa Allah adalah “tidak ada yang dapat disembah dengan haq di dalam wujud kecuali Allah”

Kalimat dzikir laa ilaaha illa Allah adalah sebuah pernyataann tegas dari seorang muslim bahwa semua bentuk sesembahan, semua atribut yang disebut tuhan adalah bathil kecuali Alloh. Tidak ada satupun unsur di dunia ini yang berhak untuk disembah atau dituhankan.

Lebih lanjut, tuhan adalah sesuatu yang kita bergantung kepadanya, sesuatu yg kita tidak mungkin bisa lepas dari nya. Untuk bicara kita butuh Allah, bernafas butuh Allah, berkedip kita butuh Allah bahkan darah yang mengalir dalam tubuh kita itupun butuh Allah. Dan kebutuhan seperti ini bukan hanya kita, melainkan seluruh makhluq yang ada diseluruh alam semesta. Semua mutlak bergantung padaNya.

Tuhanlah yang memberi kita hidup, Dialah yang memberi kita makan, minum, udara dan lain sebagainya. Dia lah yg memberi keselamatan, dialah yang memberi cobaan, dialah yang …. ….. ….. dan seterusnya.

Dengan demikian,  ucapan laa ilaaha illa Allah sekalipun hanya empat kata tapi pengertiannya sangat luas dan dalam. Ia bisa berarti tiada yang bisa memberi kecuali Allah, tiada yang bisa mencegah selain Allah, tiada yang bisa menghidupkan selain Allah, tiada yang bisa menyembuhkan, memberi penyakit, dan lain lain selain Allah. Karena itulah pantas kalau kalimat ini disebut sebagi miftahul jannah atau kunci surga.

Seorang muslim yang dengan kesadaran penuh serta pemahaman yang mendalam ketika mengucapkan kalimat ini akan merasakan betapa ia amat kerdil, betapa ia sangat bergantung kepadanya. Akan hilanglah semua alaqoh/ keterikatannya dengan selain Allah.

Menyembah berarti menghamba, merendah, tunduk dan patuh serta menggantungkan seluruh hidup dan mati hanya kepadanya.

Selain Allah tidak sepantasnya dan tidak berhak untuk disembah atau dituhankan, karena segala sesuatu selain Allah itu bergantung penuh kepada Allah.

Kalimat laa ilaaha illa Allah oleh para ulama disebut dzikir nafi istbat. Nafi artinya menghilangkan, sedangkan itsbat artinya menetapkan. Artinya untuk memperoleh keimanan yang murni harus didahului dengan nafi. Yakni menghilangkan semua “tuhan” yang ada dalam hati.

Tuhan berarti sesuatu yang kita bergantung padanya. Tuhan  bisa berupa patung, kayu besar, batu, gunung atau benda benda yang dikeramatkan. Seperti yg terjadi pada zaman jahiliyah. Semua ini adalah ma’bud bil bathil atau sesembahan salah.

Lebih dalam lagi, tuhan bisa pula berupa benda benda yang dalam beberapa keadaan justru manusia lebih yakin dengan benda, lebih menaruh harapan pada benda tersebut dari pada bergantung dan berharap kepada Allah. Terkadang tanpa terasa kita telah “menuhankan” uang. Kita amat bergantung dengan uang sehingga ketika kita mempunyai uang seakan akan segala sesuatu bisa kita dapatkan. Dan sebaliknya ketika kita tidak punya uang maka seakan akan hidup sudah berakhir. Adapula yang menuhankan pikiran, menganggap bahwa pikiran mereka adalah segala galanya. Bahkan kadang teks agama yang sudah qoth’i pun harus patuh pada pemikiran yang dianggap lebih memahami konteks dari pada Allah sendiri.

wallahu a’lam bisshowab

Nidhom Subkhi

lanjut ke kajian safinah ke-6

 

Ust. Nidhom Subkhi
Latest posts by Ust. Nidhom Subkhi (see all)

Khodim Ma'had Salafiyyah AsSyafi'iyyah Pulungdowo Malang. CEO & Founder Tafaqquh Media Center Malang. Editor in Chief Tafaqquh.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.