Tuhan menciptakan isi dunia dengan berpasang-pasangan: gelap dan petang, siang dan malam, pria dan wanita, panas dan dingin, padat dan cair, hitam dan putih dan masih banyak lagi.
Begitu juga perasaan yang dialami oleh manusia kadang kita merasa bahagia, kadang pula kita merasa susah bahkan di setiap hari. Kita merasakan dua perasaan yang berlawanan ini, entah lebih banyak perasaan bahagianya atau susahnya.
Hal ini tentu wajar karena inilah warna kehidupan dunia. Allah menarasikan kehidupan dunia yang berbeda agar kita bisa berkenalan satu sama lain, sehingga kita bisa saling bertukar cerita. Cerita masa tua dan muda, cerita duka dan bahagia, dan cerita menarik lainnya.
Perasaan bahagia dan susah pasti kita pernah alami penyebabnya pun berbeda-beda mulai dari masalah-masalah besar sampai masalah-masalah kecil pun sulit kita untuk menerimanya.
Sebenarnya kecemasan yang menimpa kita tidak selamanya buruk bagi hati seorang muslim. Karena cemasnya seorang muslim yang berhubungan dengan akhirat itu adalah hal baik. Seperti merasa susah karena melakukan maksiat, merasa bersalah kepada Allah karena tidak bisa mematuhi perintahnya lalu ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan sebagainya. Ini lah contoh rasa susah yang baik.
Ketika seseorang tidak merasa susah atau malah berbahagia dan bangga setelah melakukan maksiat, sungguh hal itu telah menjadikan hati menjadi gelap dan keras karena kesalahan yang ia lakukan. Karena ia menganggap hal itu bukan suatu masalah dan tak perlu merasa susah atas apa yang telah ia perbuat.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Nashaih Al-‘Ibad menampilkan maqalah dari Sayyidina Utsman:
وَالْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ، وَهَمُّ الْآخِرَةِ نُورٌ فِي الْقَلْبِ) أيْ الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي الْقَلْبِ، وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ
“Maqolah ke-lima (Dari Utsman RA: Bersedih karena dunia itu menggelapkan hati dan bersedih karena urusan akhirat itu memberikan cahaya kepada hati). Yakni, kesusahan dalam urusan-urusan yang berkaitan dengan dunia itu menjadikan hati gelap dan kesusahan dalam urusan-urusan akhirat itu membuat hati bersinar.”
Maka silakan Anda bersedih asal kesedihan itu karena urusan akhirat. Jangan sampai kita berlarut-larut dalam kesedihan sebab kehilangan harta dunia apalagi sebab ditinggal si ‘dia’, karena kesedihan ini tidak memberikan solusi atas masalah kita. Toh, semua yang ada dunia pasti akan fana. Harta benda di sekitar kita hanya pinjaman dari sang Mahakuasa. Maka, kenapa kita perlu susah kalau pemilik hendak mengambil barangnya.
Pada akhirnya, kita pun juga akan binasa dan akan kembali kepada-Nya. Maka perbanyak syukur atas nikmat dunia yang telah diberi-Nya dan perbanyak doa untuk keselamatan kita di akhirat-Nya.
اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Reo Ahnan Rifani
Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II Malang
- Silakan Bersedih - Maret 6, 2024
- Beribadah dengan Ikhlas - Februari 2, 2024
- Etika Paling Luhur Dunia Akhirat - Oktober 1, 2023