Lingkungan yang kita singgahi adalah lingkungan yang dihadiri banyak orang dengan berbagai latar belakang dan kepentingan. Maka, wajar saja ketika manusia di sekitar kita punya watak yang berbeda-beda dalam berkehidupan sosial.
Itu lah keadaan lingkungan yang mau tidak mau harus kita tempati, kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan adalah karakter yang wajib kita hadirkan dalam diri kita agar kita masih mau melanjutkan hidup di dunia ini. Di sini lah peran etika dalam hidup bermasyarakat di lingkungan menjadi penting. Karena etika kita lah yang paling mempengaruhi sikap orang lain kepada kita.
Sesungguhnya Rasulullah sudah pernah menawarkan bagaimana cara menjadi orang dengan etika yang luhur bahkan paling luhur di dunia dan akhirat. Pesan Rasul ini bisa kita telusuri dalam kitab Fath Al-Bari syarh Shahih Al-Bukhari dan Ithaf Sadat Al-Muttaqin Syarh Ihya Ulum Ad-Din. Di sana dijelaskan ada kejadian setelah turun surah Al-A’raf ayat 199,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْن
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Setelah turun, Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril tentang maksud ayat ini. Lalu jibril menjawab: “Sesungguhnya Tuhanmu memerintahkanmu untuk menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya, memberi orang yang telah menghalangi pemberiannya kepadamu dan memaafkan orang yang pernah menzalimimu.”
Kemudian nabi berkata pada para shahabat, “Apakah saya tidak pernah memberitahukanmu tentang etika paling luhur di dunia dan akhirat?”
Sahabat menjawab, ”Apa itu ya Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab seperti apa yang telah disampaikan jibril kepadanya.
Secara tersurat ada tiga poin yang bisa kita praktikkan dari cerita di atas untuk menjadi manusia yang berbudi luhur.
Pertama, menyambung tali silaturahmi. Tentunya hal ini bisa kita wujudkan kepada saudara kita yang memutus hubungannya dengan kita. Kalau nyambung silaturrahmi pada saudara kita yang masih berhubungan baik dengan kita itu bukan menyambung silaturahmi. Itu cuma mempererat saja. Maka yang seperti ini adalah hal yang biasa saja dan bukan lah suatu yang sulit bagi orang buruk sekalipun.
Ketika ada orang memutus hubungan, tugas kita adalah menyambung. Memang pada umumnya saat hubungan seseorang sudah diputus, mau membangun atau menyambung kembali itu sulit. Kecuali ia mau membuka hati seluas-luasnya atau orang lain yang melakukanya terlebih dahulu. Maka dari itu, perintah dari Nabi Muhammad itu adalah “menyambung”, karena hanya orang baik yang mau menyambung silaturrahmi pada orang yang telah memutus hubungan denganya.
Kedua, memberi orang yang telah menghalangi pemberiannya kepada kita. Perilaku ini seakan jarang kita jumpai di masa sekarang. Mengingat banyak dari kita yang sering kali ketika sudah tahu bahwa ada rekannya yang enggan memberi sesuatu pada kita. Maka kita akan balas dendam dengan tidak akan memberi apapun kepada mereka. Kita akan menganggap bahwa apa yang kita lakukan sudah menjadi konsekuensi dari perilaku mereka yang enggan memberi kepada kita.
Memberi jika kita lakukan pada orang yamg sering memberi kepada kita itu adalah sikap wajar manusia yang ingin berbalas budi. Dan hal ini adalah sikap baik yang biasa dilakukan manusia. Dan sikap baik yang luar biasa adalah seperti apa yang telah disampaikan nabi di atas: Memberi tapi pada orang yang tidak mau memberi.
Manusia seperti ini tidak mudah kita jumpai di sekitar kita kecuali di musim politik seperti sekarang. Rupanya banyak orang dermawan, meskipun cuma memberi kaos, tapi semoga saja mereka semua adalah orang yang tulus memberi tanpa mengharapkan balasan kecuali dari Allah SWT. Semoga saja!
Ketiga, memaafkan orang yang telah menzalimimu. Rasa-rasanya kita gak akan mau memaafkan kalau mereka yang menyakiti kita tidak meminta maaf kepada kita. Masalahnya, mau sampai kapan kita bisa menjadi pemaaf kalau hanya bisa memaafkan jika yang salah mau meminta maaf kepada kita. Maka dari itu lah, mari kita jadi pemaaf kesalahan tanpa menuntut orang lain mengakui kesalahannya.
Dan pada akhirnya, berbuat baik itu harus istikamah, bahkan di saat orang lain berusaha mengusik hidup kita. Dan di tiga fase di atas sikap baik seseorang benar-benar sedang diuji dan hanya kebaikan orang yang tulus karena Allah saja lah yang bisa lolos melewati ujian ini, yang selanjutnya bisa dinobatkan sebagai manusia paling beretika seantero jagad raya.
Itu lah pesan Allah untuk Rasulullah dan umatnya untuk menjadi hamba yang berbudi luhur dan bisa hidup damai dengan masyarakat dilingkungan sekitar. Mari kita hidupkan slogan Islam yang rahmatunlilalamin!
Reo Ahnan Rifani
Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II Malang
- Silakan Bersedih - Maret 6, 2024
- Beribadah dengan Ikhlas - Februari 2, 2024
- Etika Paling Luhur Dunia Akhirat - Oktober 1, 2023