Shadow

Menambah Bacaan Dalam Sholat

Sahabat tafaqquh!

Sering kita dengar bahwa sholat itu do’a, sholat itu munajat, komunikasi kita dengan Allah ﷻ. Dari sini muncul pertanyaan, apakah dalam sholat diperbolehkan menambah do’a atau dzikir selain yang telah biasa kita lafalkan atau yang ma’tsur dari Rasulullah ﷺ. Apakah juga boleh kita membaca doa seperti Robbi hasibni hisaban yasiiro ketika mendengar imam membaca akhir surat al-ghotsiyah atau yang semisal itu?

Sahabat tafaqquh! Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita kembali ke pengertian sholat itu sendiri.

Sholat dalam tinjauan bahasa berarti doa;

seperti dalam firman Allah ﷻ :

وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ (التوبة :103)

“Dan doakanlah mereka sesungguhnya doamu adalah ketenangan bagi mereka” (Attaubah:103)

Dalam ayat diatas arti sholat dalam kata sholli dan sholataka adalah doa.

Sholat

Secara istilah, sholat adalah “gerakan dan ucapan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri salam“. Disebut sholat karena ia memuat doa (al-Malaybari, fathul mu’in; Dar ibn Hazm, 2004. h. 36). Dengan demikian, dapat difahami bahwa sholat adalah sarana untuk bermunajat kepada Allah ﷻ melalui gerakan dan ucapan tertentu. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ

“Sesungguhnya salah satu diantara kalian ketika berdiri dalam sholat maka sesungguhnya ia bermunajat kepada Tuhannya…” (HR. Buhkori (405,413, 508))

Sholat sebagai munajat ini diperkuat dengan banyaknya do’a yang di ajarkan oleh Rasulullah ﷺ baik itu doa yang dibaca setelah takbirotul ihrom (iftitah), dzikir dalam ruku’, sujud, duduk dan tasyahhud akhir (lihat: al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir; j. II h. 139-140).

Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah ﷺ ketika membaca al-Qur’an dalam sholat lalu bertemu dengan ayat rahmat atau ayat adzab, beliau berhenti dan memohon rahmat atau memohon perlindungan (An-Nawawi, Al-Majmu’; j. III h. 347, al-Adzkar;49).

Rasulullah ﷺ juga memerintahkan untuk memperbanyak do’a.

Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu :

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَعَوَّذْ مِنْ أَرْبَعٍ: عَذَابِ النَّار، وَعَذَابِ القَبْرِ وفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وفِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّال، ثم يَدْعُو لِنَفْسِه بِمَا بَدَا لَهُ (رواه الشيخان عن ابي هريرة)

Jika diantara kalian tasyahhud maka mintalah perlindungan dari empat perkara: siksa neraka, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, dan fitnah dajjal. Kemudian berdoalah untuk diri sendiri dengan apa yang ia senangi

(HR. Bukhori dan Muslim dari Abi Hurairah)

وعن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: أيهَا النَّاسُ ، إِنَهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَات النبؤَةِ إِلأَ الرؤيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا المُسْلِمُ ، أَوْ تُرَى لَهُ ، أَلاَ وإِنِّى نُهيتُ أَنْ أَقْرَأَ القُران رَاكغَا أَوْ سَاجِدا ، أما الركوع فعَظِّمُوا فِيه الرَّبَّ، وأما السُّجود فَاجْتَهِدُوا في الدُّعَاء فقَمِن أن يُسْتَجَابَ لكم (رواه مسلم)

Dari Ibn Abbas RA sesungguhnya Nabi ﷺ berkata : “Wahai manusia! Sudah tidak tersisa dari kabar kenabian kecuali mimpi yang baik, yang dilihat orang mukmin, atau diperlihatkan kepadanya. Ingatlah ! Aku dilarang membaca al-Qur’an dalam keadaan ruku’ atau sujud. Adapun ruku’ maka agungkanlah Tuhan di dalamnya. Sedangkan sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a maka sepantasnya dikabulkan doa kalian “.

(HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ (رواه مسلم وابو داوود)

Paling dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa

(HR. Muslim dan Abu Dawud)

Hadits-hadits diatas menunjukkan adanya keleluasaan dalam berdoa di dalam sholat. Namun demikian, harus difahami pula bahwa sholat adalah ibadah mahdloh yang karenanya harus ada batasan tertentu dalam berdoa dan berdzikir dalam sholat. Batasan tersebut dapat kita ketemukan dalam hadits berikut:

إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ (أحمد ، ومسلم ، وأبو داود ، والنسائى عن معاوية بن الحكم السلمى)

“Sesungguhnya sholat ini tidak sepantasnya ada pembicaraan manusia, ia hanyalah tasbih, takbir dan bacaan al-Qur’an”

(HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasai dari Mu’awiyah ibn al-Hakam. Lihat As-Suythi, Jami’ul Ahadits)

Hadits ini mengindikasikan bahwa sholat itu terbatas pada tasbih, takbir dan membaca al-Qur’an. Maka harus ada jalan tengah untuk mengkompromikan keleluasaan yang difaham dari hadit-hadits diatas dengan pembatasan yang difaham dari hadits terakhir ini.

Kalau kita ambil poin-poin dari hadits-hadits diatas maka kurang lebih adalah:
  1. Sholat adalah munajat
  2. Rasulullah ﷺ mencontohkan dan menganjurkan untuk memperbanyak doa dalam beberapa tempat dalam sholat
  3. Rasulullah ﷺ memberi contoh berdoa ketika bertemu dengan ayat rahmat atau ayat adzab
  4. Rasulullah melarang membaca al-Qur’an pada waktu ruku’ atau sujud
  5. Rasulullah melarang adanya pembicaraan manusia dalam sholat

Rumusan Fuqoha

Imam An-Nawawi (w.676H)

Mengakhiri tulisan ini, kami ketengahkan penjelasan Imam An-Nawawi (w.676H) salah satu ulama besar dalam madzhab Syafii dalam al-Majmu’ berkaitan dengan permasalah kita ini

1.

ولا يجوز ان يخترع دعوة غير مأثورة ويأتى بها العجمية بلا خلاف وتبطل بها الصلاة بخلاف ما لو اخترع دعوة بالعربية فانه يجوز عندنا بلا خلاف (المجموع : 3/300)

Tidak diperbolehkan menambah do’a yang tidak ma’tsur dengan bahasa ajam (selain Arab) tanpa ada perbedaan diantara ulama’ dan hal itu bisa membatalkan sholat. Berbeda dengan menambah do’a dengan bahasa Arab, maka boleh menurut kami (madzhab Syafii) tanpa ada khilaf. (al-Majmu’; III/300)

2.

مذهبنا أنه يجوز أن يدعو فيها بكل ما يجوز الدعاء به خارج الصلاة من أمور الدين والدنيا وله: اللهم ارزقني كسباً طيباً وولداً وداراً وجارية حسناء يصفها، واللهم خلص فلاناً من السجن وأهلك فلاناً وغير ذلك. ولا يبطل صلاته شيء من ذلك عندنا، وبه قال مالك والثوري وأبو ثور وإسحاق .وقال أبو حنيفة وأحمد : لا يجوز الدعاء إلا بالأدعية المأثورة الموافقة للقرآن (المجوع:3/347)

Pendapat kami (madzhab Syafii) boleh berdoa di dalam sholat dengan setiap doa yang diperbolehkan di luar sholat dari urusan agama atau dunia. Ia boleh berdoa: Ya Allah berilah aku penghasilan yang baik, anak, rumah, perempuan yang cantik dan ia menyebut sifat-sifatnya. Dan doa Ya Allah selamatkan Fulan dari penjara dan yang lain. Menurut kami hal itu tidak membatalkan sholat. Imam Malik, Al-Tsauri, Abu Tsur dan Ishaq juga berpendapat demikian. Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat: tidak boleh berdoa kecuali dengan doa yang ma’tsur yang sesuai dengan al-Qur’an. (al-Majmu’; III/347)

3.

وانما يباح من الدعاء ما ليس خطابا لمخلوق فاما ما هو خطاب مخلوق غير رسول الله صلى الله عليه وسلم فيجب اجتنابه فلو قال لانسان غفر الله لك أو رضى الله عنك أو عافاك الله ونحو هذا بطلت صلاته لحديث معاوية (المجموع :4/43)

Doa yang diperbolehkan hanyalah doa yang tidak ada khithob (mengajak bicara) kepada makhluk. Doa yang merupakan khitob kepada makhluk (menggunakan dlomir mukhotob; kamu) selain kepada Rasulullah ﷺ maka wajib menjauhinya. Maka bila ia berkata kepada manusia ghofarallahu laka (semoga Allah mengampunimu) atau ‘afaakallahu (semoga Allah menjagamu) maka batal sholatnya berdasarkan hadits Mu’awiyah. (al-Majmu’;IV/43)

4.

فصل : يسنّ لكل مَن قرأ في الصلاة أو غيرها إذا مرّ بآية رحمة أن يسأل اللّه تعالى من فضله، وإذا مرّ بآية عذاب أن يستعيذ به من النار أو من العذاب أو من الشرّ أو من المكروه، أو يقول : اللهمّ إني أسألك العافية أو نحو ذلك؛ وإذا مرّ بآية تنزيه للّه سبحانه وتعالى نزَّهَ فقال : سبحانه وتعالى، أو : تبارك اللّه ربّ العالمين، أو : جلَّت عظمة ربنا، أو نحو ذلك . (الاذكار النووي , دار الكتاب الاسلامى : 49)

Fasal: Disunnahkan bagi setiap orang yang membaca al-Qur’an di dalam sholat atau diselain sholat, ketika bertemu dengan ayat rahmat untuk meminta kemurahan pada Allah. Bila bertemu dengan ayat adzab disunnahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari neraka atau dari keburukan atau dari perkara yang dibenci atau berkata: Allahumma as’alukal ‘afiyah atau semisalnya, ketika bertemu ayat yang mensucikan Allah ﷻ maka ia berkata: subhanallah wa ta’ala atau tabaarakallahu robbul alamin atau jallat adhomatu robbina atau semisalnya. (Al-Adzakar;49)

Kesimpulan

Sahabat Tafaqquh! kiranya dari penjelasan panjang di atas akhirnya bisa kita simpulkan bahwa:

  1. Boleh menambah do’a dengan selain yang ma’tsur dari Rasullah ﷺ selama tidak ada khitob kepada makhluk dan menggunakan bahasa Arab
  2. Doa-doa yang dianjurkan dibaca pada ayat-ayat tertentu tetap disunnahkan dibaca sekalipun di dalam sholat

Inilah yang bisa penulis sampaikan. Semoga manfaat.

Wallahu A’lam Bis Showab

Pesantren Assyafiiyah; 00.03, 02 Muharram 1438

Nidhom Subkhi

Ust. Nidhom Subkhi
Latest posts by Ust. Nidhom Subkhi (see all)

Khodim Ma'had Salafiyyah AsSyafi'iyyah Pulungdowo Malang. CEO & Founder Tafaqquh Media Center Malang. Editor in Chief Tafaqquh.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.