ISRA’ MI’RAJ THE SERIES
Eps. 1: Tahun Keprihatinan dan Doa yang Menggetarkan
Oleh: Ustadz Nidhom Subkhi
Tafaqquh.com- Ada tiga tonggak sejarah penting dalam perjalan sejarah dakwah Rasulullah saw. Pertama adalah bi’tsah, yaitu diangkatnya Muhammad sebagai utusan Allah. Kedua adalah peristiwa spektakuler isra’ mi’raj. Dan ketiga adalah kisah hijrahnya Rasulullah saw bersama para sahabat setianya ke Madinah.
Beban teramat berat harus dipikul oleh Rasulullah saw semenjak Beliau diangkat sebagai Rasul. Semua orang tiba-tiba mencibirnya, mencemoohnya, memusuhi, bahkan menyakiti beliau setelah sebelumnya Beliau dicintai oleh semua orang karena keluhuran budinya.
Ketika semua orang serempak memusuhi beliau, ketika beliau dikucilkan dan terasing dari masyarakatnya, ada dua orang yang menjadi penopang kekuatan Rasululloh saw. Dua orang itu adalah Abu Thalib, paman beliau dan Sayyidah Khodijah, istri tercintanya.
Sang paman, sekalipun hidayah belum juga menghampirinya, namun ia sangat mencintai Rasulullah saw melebihi cintanya kepada anak-anaknya sendiri. Ia adalah pelindung Rasulullah saw dari gangguan orang-orang kafir karena ia sangat disegani dikalangan Quraisy, klan paling berpengaruh di Makkah waktu itu.
Sedangkan Khodijah adalah pelipur, penenang dan pembawa kesejukan serta pemantik semangat Rasulullah dalam mengemban tugas dari Allah swt.
Namun ….. Allah berkehendak mengambil keduanya dalam waktu yang hampir bersamaan (sebagaian ahli sejarah mengatakan bahwa Abu Tholib meninggal lebih dulu, yaitu pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian. Sedangkan Khodijah meninggal pada bulan Ramadlan pada tahun yang sama. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa Khodijah meninggal lebih dahulu pada bulan Ramadlan kemudian disusul Abu Thalib yang meninggal pada bulan Syawal).
Setelah ditinggal dua orang ini, orang-orang kafir semakin menjadi-jadi dalam memusuhi Rasulullah saw. Tidak ada lagi yang menghalangi mereka untuk menyakiti Rasulullah bahkan hingga tahap meleyapkan Rasulullah.
Di rumah, tidak ada lagi yang menghibur beliau. Tidak ada lagi yang memberi semangat, yang dengan penuh kelemahlembutan mendampingi Rasulullah saw.
Sisi kemanusiaan Rasulullah terusik, maka …. keprihatian bergelayut pada diri Rasullah. karena itulah tahun ini (tahun kesepuluh dari kenabian) disebut-sebut sebagai tahun keprihatinan atau ‘amul hazn.
Thaif; Kenyataan Pahit
Berharap mendapat simpati dan dukungan, Rasulullah saw pergi menuju Thaif. Tapi …. apa yang beliau dapat disana?
Ah …. Kenyataan tak sesuai harapan. Bukannya beliau mendapat sambutan hangat atau minimal diterima sebagai bagian dari manusia biasa. Beliau malah mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dari yang dilakukan oleh orang-orang Makkah.
Beliau diusir, dilempari batu, diperlakukan layaknya pesakitan. Dimata orang-orang Thaif, Rasulullah tak lebih dari seorang gila yang akan membawa sial.
Beliau terusir dari Thaif dengan sangat “terhina”. Lengkap sudah penderitaan Rasulullah. Di kampung halamannya sendiri ia tak diharapkan, di negeri orang lainpun ia dihinakan. Sang kekasih, sang terpilih, manusia sempurna itu seakan tak mendapat tempat di bumi ini.
Apa yang tampak dari kesusahan beliau ini adalah sisi kemanusiaannya. Sementara sisi ruhaniyahnya sebagai manusia pilihan membubung tinggi menembus batas-batas kemampuannya sebagai manusia.
Secara ruhani, beliau selalu bersama Allah. Tak ada duka, tak ada lara, tak ada kesusahan, asal ….. Allah, Kekasihnya ridlo.
Simaklah doa beliau yang menggetarkan ini …..
اللهم إليك أشكو ضعف قوتي وقلة حيلتي وهواني على الناس، أرحم الراحمين، أنت رب المستضعفين وأنت ربي، إلى من تكلني، إلى بعيد يتجهمني، أو إلى عدو ملكته أمري، إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي، ولكن عافيتك هي أوسع لي، أعوذ بنور وجهك الكريم الذي أشرقت له الظلمات، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة من أن ينزل بي غضبك أو يحل علي سخطك، لك العتبى حتى ترضى ولا حول ولا قوة إلا بك
Ya Allah … kepadamu aku sampaikan lemahnya kekuatanku, sedikitnya usahaku, kehinaanku dihadapan manusia.
Duhai sebaik-baik pengasih … Engkau adalah Tuhan orang-orang lemah. Engkau adalah Tuhanku.
Kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Apakah kepada orang yang jauh yang akan menghardikku? Atau … kepada musuh yang engkau beri kekuasaan atas diriku?
Jika tak ada murka dariMu padaku maka aku tiada peduli. Akan tetapi penjagaanmu masih amat luas untukku.
Dengan cahayaMu yang mulia, yang karenanya kegelapan menjadi terang dan urusan dunia akhirat menjadi baik, aku berlindung dari turunnya murkaMu padaku atau kemarahanMu mendekam dalam diriku.
Hanya untukMu pengakuan ini hingga Engkau ridlo.
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganMu.
Doa yang luar biasa!! … Tidak terselip di dalamnya bagian nafsu. Dalam doa itu, Rasulullah tidak melaporkan orang-orang yang memusuhinya. Sebaliknya, kegagalan dakwahnya sementara ini beliau akui sebagai kelemahannya, kekurangannya dalam berusaha, dan kehinaannya. Subhanallah …. !
Beliau terima semua kepedihan itu dengan lapang dada. Asal Allah ridlo, semua menjadi ringan. Beliau sangat sadar bahwa ia “hanyalah” pesuruh Allah, ia “hanyalah” seorang hamba yang sudah seharusnya tunduk atas semua kehendakNya.
Beliau tidak meminta agar Allah menimpakan hal buruk untuk musuh-musuhnya. Tidak ada laknat, tidak ada adzab. Yang ada hanya permohonan untuk RIDLONYA.
Namun, Allah selalu memberi lebih kepada hambanya yang benar-benar tulus menghamba kepadaNya. Sekalipun Rasulullah tidak meminta apapun selain RidloNya. Tapi Allah berkenan untuk menunjukkan kepada Rasulullah, bahwa ada tempat yang lebih mulia yang mau menerimanya. Jika di bumi tidak tersisa tempat untuknya, langit masih terbuka lebar untuknya. Jika alam mulk tidak menerimanya masih ada alam malakut yang merindukannya.
Maka …. isra’ mi’raj adalah jawaban Allah atas rintihan doa Rasulullah ini.
To be continued ….
——–
Mashodir
– As-Syekh Mutawalli as-Sya’rawi, Al-Isra’ wal mi’raj, maktabatut turats al-Islami, Kairo, 2003
– As-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Al-Anwarul Bahiyyah fi Israi wa mi’raji Khoiril Bariyyah, maktabatu malik fahd al-wathoniyah, Makkah, 2003
– Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqolani, Al-Isra’ wal Mi’raj, Darul Hadits, tt.
– Al-Hafidh Jalaluddin As-Suythi, Al-Ayatul kubra fi Syarhi qisshotil Isra, Darul Hadits, tt.
- RAGAM DEFINISI PUASA - April 20, 2020
- RAHASIA-RAHASIA PUASA I - Mei 8, 2019
- MENGGUNAKAN INVENTARIS MASJID - April 29, 2019