Shadow

Kajian Safinatun Naja

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله , والصلاة والسلام على رسول الله محمد بن عبد الله  , وعلى اله وص
حبه ومن والاه , اما بعد

Sahabat tafaqquh!

Mengawali kajian kitab, kita akan mengkaji sebuah kitab kecil yang biasa digunakan di pesantren-pesantren, yakni kitab Safinatun Naja. Kitab ini adalah kitab paling dasar untuk mempelajari fiqih dalam madzhab Syafii. Kitab ini ditulis oleh seorang Alim Allamah berkebangsaan Hadlromaut, Yaman. Beliau adalah Syekh Salim bin Abdillah al-Hadlromi.

Tadarrub dan tadrij, yakni melatih dan memberikan materi secara bertahap dan terukur menjadi tradisi keilmuan yang terpelihara hingga kini, bukan hanya di nusantara namun juga diberbagai belahan dunia Islam. Biasanya, meteri fiqih diberikan kepada mubtadi’ (tingkatan dasar) dalam bentuk mukhtashor atau kitab ringkas yang berisi hukum-hukum dasar yang wajib diketahui oleh mukallaf, tanpa penjelasan panjang lebar apalagi dengan dalil-dalil yang belum tentu bisa dipahami secara baik oleh para pemula ini. Pemberian materi pada tingkatan ini lebih ditekankan untuk “persiapan” menghadapi taklif, yakni mempersiapkan seorang thalib untuk bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang muslim dan juga sekaligus sebagai pengetahuan dasar tentang hukum-hukum Islam. Pada ranah inilah kitab safinatun naja ini serasa begitu pas, selain mudah difaham kitab ini juga mudah untuk dihafal.

Sekelumit Tentang Muallif

Beliau adalah Syekh Salim bin Abdillah bin Sa’id bin Abdillah bin Sumair al-Hadlromi as-Syafii. Lahir di desa Dzi Ashbah Hadlromaut. Beliau mendapat didikan agama pertama kali dari ayahnya Syekh Abdulloh bin Sa’id, dari ayahnya tersebut beliau belajar al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu syari’at. Beliau juga belajar dari banyak tokoh ulama’ yang memenuhi lembah Hadlromaut pada abad 13 hijriyah. Setelah mendapatkan ilmu yang cukup beliau berdakwah ke beberapa tempat hingga akhirnya menetap di Betawi dan meninggal di sana pada tahun 1271 H. {lebih lengkap tentang resensi kitab safinatun naja dan biografi pengarangnya silahkan lihat di maktabah}

Metodologi kajian

Sahabat tafaqquh! Dalam mengkaji kitab ini, kita akan menerjemahkan teks kitab asli kemudian kita beri penjelasan seperlunya dengan merujuk kepada beberapa kitab syarah (kitab penjelas) dan kita sertakan beberapa dalil yang diperlukan. Penyertaan dalil-dalil ini bertujuan diantaranya untuk:

  1. Memberi pemahaman kepada pembaca tentang keluasan ilmu para ulama’, utamanya Syekh Salim bin Abdillah pengarang safinah ini. Tidak adanya dalil dalam kitab tersebut bukan berarti apa yang beliau sampaikan “tidak berdalil”, namun semata-mata untuk meringkas dan agar lebih mudah untuk di amalkan.
  2. Membantu pembaca untuk mengerti bahwa mengikuti pendapat ulama’ sama halnya dengan mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebab, semua yang telah dirumuskan oleh ulama’ selalu didasarkan pada dua rujukan utama ummat Islam tersebut. Mengikuti pendapat ulama’ tidak berarti meninggalkan al-Qur’an dan As-Sunnah yang karenanya harus “kembali” pada al-Qur’an dan As-Sunnah karena sejatinya kita memang tidak pernah meninggalkannya.

 

Selebihnya, penulis sadar bahwa tulisan-tulisan dalam kajian ini masih jauh dari kata sempurna. Tegur sapa para pembaca adalah hadiah terbaik bagi kami untuk menyempurnakan kajian ini. Redaksi Tafaqquh.com selalu terbuka untuk saran dan kritik anda dalam rangka tawashow bil haq.

Wallahu a’lam bisshowab

lanjutan kekajian safinah ke 1

Ust. Nidhom Subkhi
Latest posts by Ust. Nidhom Subkhi (see all)

Khodim Ma'had Salafiyyah AsSyafi'iyyah Pulungdowo Malang. CEO & Founder Tafaqquh Media Center Malang. Editor in Chief Tafaqquh.com

1 Comment

  • jimi

    Terimakasih ustadz ilmunya.. semoga jd oase ditengah terik perbedaan prinsip kembali kepada Alquran dan sunnah. Jazakalah khairan katsiran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.