Shadow

NGALAP BERKAH

NGALAP BERKAH

Tafaqquh.com- Tabarruk berasal dari kata barakah, yang mempunyai arti bertambah. Sementara Tabarruk adalah mencari berkah dengan hal-hal baik dari Allah Swt, lidah jawa menyebutnya ngalap berkah.
Ada sebagian kalangan yang antipati terahadap aktifitas ngalap berkah ini. Mereka mengatakan bahwa bertabarruk atau ngalap berkah adalah bid’ah yang sangat dilarang dalam agama Islam. Bahkan sebagian dari mereka tidak segan-segan melabeli orang yang mempraktikkan tabarruk sebagai “musyrik”, meminta kepada selain Allah, menyembah kepada selain Allah dan lain-lain.
Benarkah ngalap berkah ini adalah praktek penyelewengan ajaran Islam? Benarkah tabarruk adalah perbuatan syirik? benarkah ….. benarkah … ?
Berikut kami sajikan data bentuk-bentuk ngalap berkah yang pernah dilakukan oleh para salafuna as-sholihun. Kami sampaikan, anda yang menyimpulkan.
Monggo …..

Bertabarruk Dengan Peninggalan Rasulullah Saw

Secara khusus Imam al-Bukhari dalam, kitab shahihnya mencantumkan bab tentang mencari berkah dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah Saw:
بَابُ مَا ذُكِرَ دِرْعِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَصَاهُ وَسَيْفِهِ وَقَدَحِهِ وَخَاتَمِهِ وَمَا اسْتَعْمَلَ الخُلَفَاءُ بَعْدَهُ مِنْ ذَلِكَ مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ قِسْمَتُهُ, وَمِنْ شَعْرِهِ وَنَعْلِهِ وَآنِيَتِهِ, مِمَّا يَتَبَرَّكُ أَصْحَابُهُ وَغَيْرُهُمْ بَعْدَ وَفَاتِهِ.
“Bab yang menyebutkan baju perang, tongkat, pedang, bejana, dan cincin Nabi Saw dan barang-barang yang digunakan para khalifah setelah wafatnya Nabi dari peninggalannya yang tidak dibagikan, rambut, sandal, dan wadah miliknya, dari barang-barang yang dicari berkahnya oleh para sahabat dann selainnya setelah beliau wafat.”

Apa Kata Al-Qur’an

Al-Qur’an membenarkan tabarruk dengan peninggalan para Nabi selain Nabi Muhammad Saw, seperti ayat:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ آيَةِ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيْكُمْ التَّابُوْتُ فِيْهِ سَكِيْنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوْسَى وَآلُ هَارُوْنَ تَحْمِلُهُ المَلَائِكَةُ…(البقرة: 248)
“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka: “Sungguh tanda thalut akan menjadi raja ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa Malaikat …” (QS. al- Baqarah: 248)
Para sahabat Tabi’in menjelaskan maksud “Sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun” di antaranya riwayat Ibn Abbas ra:
عَصَاهُ وَرَضَاضُ الْأَلْوَاحِ.
“Maksudnya tongkat Musa dan pecahan papan yang bertuliskan taurat.”

Asma Putri Abu Bakar Bertabarruk dengan jubah Nabi Saw

Asma binti Abu Bakar bertabarruk dengan jubah Rasulullah SAW untuk mengaharap kesembuhan dari penyakit:

قَالَتْ (أَسْمَاءُ بِنْتِ اَبِي بَكْرٍ) كَانَتْ هَذِهِ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا فُبِضَتْ اَخَذْتُهَا وَكَانَتْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى نَسْتَشْفِي بِهَا
“Asma’ binti Abu Bakar berkata: Jubah ini (awalnya) di pegang Aisyah sampai wafat. Setelah wafat saya ambil jubah itu. Nabi Saw memakai jubah ini. Kami membasuhnya untuk orang-orang yang sakit, kami mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut.” (HR. Abu Daud dan Muslim)
Riwayat al-Bukhari dalam al-adab al-Mufrad menjelaskan, Nabi Saw memakai jubah itu dan menemui tamu dan shalat Jumat.

Imam Ahmad Bertabarruk Dengan Rambut Nabi Saw

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ أَحْمَدَ: رَأَيْتُ أَبِي يَأُخُذُ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُهَ عَلَى فِيْهِ يُقَبِّلُهَا. وَأَحْسِبُ أَنِّي رَأَيْتُهُ يَضَعُهَا عَلَى عَيْنِهِ, وَيَغْمِسُهَا فِي الْمَاءِ وَيَشْرِبُهُ يَسْتَشْفِي بِهِ. وَرَأَيْتُهُ أَخَذَ قَصْعَةَ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَسَلَهَا فِي حَبِّ الْمَاءِ ثُمَّ شَرِبَ فِيْهَا وَرَأَيْتُهُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ يَسْتَشْفِي بِهِ, وَيَمْسَحُ بِهِ يَدَيْهِ وَوَجْهِهِ. قُلْتُ: أَيْنَ الْمُتَنَطِّعُ الْمُنْكِرُ عَلَي أَحْمَدَ, وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ عَبْدَ اللهِ سَأَلَ أَبَاهُ عَمَّنْ يَلْمَسُ رَمَانَةَ مِنْبَرِ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَيَمُسُّ الْحُجْرَةَ النَّبَوِيَّةَ, فَقَالَ: لَا أَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا. أَعَاذَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ رَأْيِ الْخَوَارِجِ وَمِنَ الْبِدَعِ.
“Abdullah bin Ahmad berkata: “Bapakku mengambil sehelai rambut Nabi Saw lalu ia letakkan di mulutnya, lalu di ciuminya. Aku melihat bapakku juga meletakkan di matanya, menyelupkan ke dalam air minumnya, mengharap kesembuhan. Aku melihat pula bapakku mengambil bejana Nabi Saw di dalam air, lalu meminum air yang ada di dalamnya, dan meminum air zamzam seraya mengharap kesembuhan. Bapakku mengusapkan kedua tangan dan wajahnya.” Saya (ad-Dzahabi) berkata: “Mana orang yang ekstrim dan ingkar kepada Ahmad? Telah shahih bahwa Abdullah bertanya kepada bapaknya (Ahmad bin Hambal) tentang orang yang menyantuh mimbar Nabi dan menyantuh kamar (makam) Nabi Saw Ahmad berkata: “Menurutku boleh.” Semoga Allah melindungi kita dari pendapat Khawarij dan dari pembuatan bid’ah.”

Rasulullah Saw Bertabarruk dengan Sisa Air Wudlu Umat Islam

Ada yang kemudian beranggapan bahwa tabarruk hanya boleh terhadap Rasulullah Saw dan para Nabi saja, tentu hal ini tidak benar karena Rasulullah Saw justru mengajarkan berbertabarruk dengan umat Islam:

عَنْ اِبْنِ عُمَرَ , قَالَ: قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ الله,ِ الْوُضُوْءُ مِنْ جَرِّ جَدِيْدٍ مُخَمَّرٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَمْ مِنَ الْمَطَاهِرِ؟ فَقَالَ: لَا, بَلْ مِنَ الْمَطَاهِرِ, إِنَّ دِيْنَ اللهِ الْحَنِيْفِيَّةَ السَّمْحَةُ, قَالَ: وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْعَثُ اِلَى الْمَطَاهِرِ, فَيُؤْتَى بِالْمَاءِ, فَيَشْرَبُهُ, يَرْجُوْ بَرَكَةَ أَيْدِي الْمُسْلِمِيْنَ.
“Diriwayatkan dari Ibn Umar, ia bertanya kepada Nabi Saw: “Ya Rasulullah, apakah berwudhu dari wudhu baru yang tertutup atau dari tempat-tempat yang lebih engkau senangi?” Rasulullah menjawab: Tidak. Tapi dari tempat-tempat berwudhu’. Agama Allah adalah yang lurus dan mudah. Ibn Umar berkata: “Kemudian Rasulullah menyuruh seseorang menuju tempat-tempat berwudhu dan beliau di beri air, kemudian meminumnya Beliau mengharap berkah dari tangan-tangan uamat Islam.”

Malang, Malam Suro 1440
Pesantren As-Syafi’iah Gubuk Bambu
Kang Santri
Redaksi Tafaqquh
Latest posts by Redaksi Tafaqquh (see all)

"Sebuah tim adalah lebih dari sekedar sekumpulan orang. Ini adalah proses memberi dan menerima."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.